WONOGIRI – Pelaksanaan uji kompetensi guru (UKG) di Wonogiri tidak berlangsung lancar. Ketidaklancaran itu bukti dari kecerobohan pemerintah pusat yang tak melakukan sosialisasi secara matang. Akibatnya, di Wonogiri pada UKG tahap pertama yang digelar sejak 30 Juli terdapat 872 guru yang mengulang pada awal Oktober mendatang.
Sehingga UKG tahap pertama hanya diikuti oleh 4.439 guru dari 4.835 guru di Wonogiri mulai guru SD, SMP dan SMA. Mereka yang mengulang akan dibarengkan dengan UKG yang diikuti guru SMK, pengawas dan kepala sekolah. UKG pada tahap kedua itu digelar 2-6 Oktober mendatang. “Belum sempurnanya pelaksanaan UKG tahap pertama bentuk kecerobohan dari pemerintah pusat,” ujar Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Wonogiri, H Siswanto.
Saat ditemui Solopos.com di ruang kerjanya, H Siswanto yang didampingi Kabid TK/SD, Hj Sri Mulyati, Kabis SMP/SMA Suwanto dan Kabid SMK, H Tunggal Widodo menjelaskan, hingga hari terakhir, Senin (6/8), terdapat 14 mata pelajaran (mapel) yang tidak bisa diakses walau peserta bisa login. Mapel yang meski mengulang di antaranya, mapel Bimbingan dan Penyuluhan (BP) tingkat SMA, Pkn, keterampilan, Bahasa Jawa, kesenian, maupun Bahasa Inggris SMP.
“Selama UKG berlangsung banyak laporan ketidaklancaran, seperti soal yang tak ada jawaban, soal tak dilengkapi dengan diagram atau peta dan sebagainya. Persoalan itu kami laporkan ke pusat untuk mendapat perhatian. Termasuk kekeliruan tampilan materi soal, yang semestinya soal untuk guru IPS tetapi materi soal IPA,” ujarnya.
Namun demikian, ujarnya, nilai rata-rata yang dicapai peserta UKG adalah 42. “Rata-rata itu memang dibawah nilai standar UN siswa tetapi nilai rata-rata 42 itu secara nasional. Di samping itu, UKG ini bukan untuk mengetahui lulus atau tidaknya seorang guru namun demi pemetaan. Bagi guru yang memiliki nilai dibawah rata-rata akan dibina lagi.”
Kabid SMK, Tunggal Widodo yang juga panitia UKG meminta semua guru di Wonogiri tidak ketakutan menghadapi UKG. “UKG menjadi sarana penyegaran. Bagi guru yang merasa mendapat nilai minim bisa segera introspeksi. Termasuk kepala sekolah yang nilai UKG dibawah guru biasa hendaknya mawas diri dan tidak jumawa.”
Diceritakan oleh Tunggal, dari 4.437 guru yang telah mengikuti UKG hanya lima orang yang belum paham komputer. “Kekhawatiran guru SD gagap teknologi ternyata tidak terjadi. Nilai yang diperoleh guru-guru SD sama dengan guru SMP dan SMA. Lima orang yang belum paham komputer terindikasi dari cara mengerjakan soal dan penyelesaian pengerjaan soal sehingga nilai yang diperoleh nol. Seperti materi soal belum selesai, program sudah ditutup atau menjawab soal bukan pada lembar jawaban tetapi pada lembar petunjuk.”
Lebih lanjut Tunggal mengatakan, hingga usai UKG tahap pertama hanya ada satu guru yang mendapatkan nilai diatas 80, yakni guru Bahasa Indonesia tingkat SMP. Terpisah, anggota DPRD Wonogiri, Samino mengaku curiga. “Ada apa dengan penurunan standar kelulusan itu. Dari awal sudah beredar standar kelulusan 70 tetapi kenapa hanya 40. Masak kalah dengan nilai standar UN. Ini ada kesenjangan yang harus segera dicari titik terangnya agar di antara guru dan siswa tidak ada yang dirugikan.”
sumber:solopos.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan sopan,tidak mengandung sara atau pun menyinggung pihak tertentu.