• Breaking News

    Blog Pendidikan, Contoh Makalah, Contoh Naskah Drama, English Text, Contoh Resensi, Contoh Surat

    Sejarah Pertempuran Muria, Kudus, Pati Jepara

    KISAH HEROIK PERTEMPURAN MURIA

    Pertempuran Belanda, Kudus, Pati Jepara

    Kudus, Secercah Tumpah darah Daulat Merah Putih

    Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Jasmerah !!!

    Penulis: Danar Ulil Husnugraha,
    Mahasiswa Progdi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) UMK dan ketua Jaringan Edukasi Napak Tilas Kabupaten Kudus (JENANK)

    Disadari atau tidak, ungkapan sarat makna yang dipopulerkan sang proklamator Ir. Soekarno, ini menjadi spirit dalam pelestarian sejarah di Indonesia. Bagi Indonesia, pelestarian sejarah adalah yang yang sangat penting, karena negara ini memliki sejarah kehidupan yang panjang dengan berbagai dinamikanya.
    Sejarah panjang nusantara ini begitu menarik banyak cendekiawan untuk melakukan penelitian, mulai dari masa purba (pra-sejarah), Hindu-Budha, Islam, Kolonial hingga pasca kemerdekaan. Fase ini merupakan gambaran utuh historiografi Indonesia.



    Masa kolonial (penjajahan) menuju Indonesia merdeka, terbagi dalam fase merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan penculikan Dwi Tunggal Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945, adalah sedikit dari fase sejarah dalam upaya merebut kemerdekaan.
    Banyak lagi kisah heroik lain pada fase merebut dan mempertahankan kemerdekaan, seperti Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, tragedi Bandung Lautan Api, hingga Palagan Ambarawa.

    Rekam jejak perjuangan para pendahulu bangsa itu, banyak terekam dalam buku-buku sejarah, inskripsi dan dokumen yang terarsip secara baik sehingga menjadi cerita sejarah yang dapat dipelajari oleh generasi selanjutnya.

    Namun tentu saja, masih ada kisah perjuangan, khususnya di tingkat lokal (local history) yang belum terdokumentasikan, bahkan cenderung terlupakan. Akibatnya, banyak generasi muda tidak mengetahui sejarah hebat para patriot bangsa. Salah satunya “Pertempuran Muria”.
    Peristiwa heroik di wilayah Gunung Muria (Kudus, Pati, Jepara) ini ditandai dengan Agresi Militer I Belanda pada 21 Juli 1947. Belanda memborbardir dari laut, udara dan darat untuk menghancurkan kekuatan pejuang kita.

    Lewat laut, kawasan pantai Jepara diserang dengan meriam oleh kapal-kapal Belanda, sementara Kota Kudus diserbu dengan pesawat tempur P-15 Mustang dari udara. Stasiun Kereta Api Wergu, Pabrik Muriatex dan Paseban Kabupaten, terkena muntahan peluru. Bekas tembakan peluru bahkan masih bisa diamati di atap Pasar Wergu Kudus (dulu Stasiun Kereta Api).
    Darsono, pejuang 1945 menjelaskan, dalam agresi itu Belanda juga menyerang Kota Kudus lewat jalur darat melalui jembatan Tanggulangin (perbatasan Demak). Untuk meminimalisasi pergerakan pasukan Belanda yang memasuki Kudus, para pejuang pun terpaksa meledakkan jembatan Tanggulangin.

    Pertempuran sengit juga terjadi di Halte Bareng, Jekulo. Setelah digempur habis-habisan tentara Belanda dari perempatan Kerawang, Staf Teritorial Centrum (STC) yang diketuai Kapten Darsono mundur ke arah Gunung Muria. Sebelum pergi, para pejuang ini menanam trekbom (sejenis ranjau) di kawasan Halte.

    Komando Daerah Muria
    Agresi militer I dan II Belanda pada akhirnya membuat pemerintahan sipil berjalan tidak normal. Maka atas perintah Markas Besar Komando Djawa, dibentuklah pemerintahan militer untuk seluruh wilayah Jawa pada 22 Desember 1948.

    Wilayah Kudus, Pati dan Jepara masuk dalam Komando Daerah Muria dengan Kapten Ali Machmoedi sebagai komandannya. Markas komando berada di Desa Bageng, Kecamatan Gembong, Pati. Taktik gerilya menjadi strategi yang diterapkan pejuang kala itu, mengingat keterbatasan jumlah personel, kemampuan perang, dan persenjataan.

    Berdasarkan penuturan Nasir, mantan Kamituwo Glagah, Kapten Ali Machmoedi gugur dalam pertempuran di Desa Bergad, Pati. Komando pun digantikan Mayor Kusmanto, yang kemudian memindahkan markasnya di Desa Glagah Kulon, Kecamatan Dawe, Kudus.
    Rumah Modirono Sarbo menjadi tempat berlindung Mayor Kusmanto dan pasukannya. Di tempat inilah dibentuk pasukan elit yang diberi nama Pasukan Macan Putih atas usulan Carik Desa Cranggang yang mendapat ilham melihat seekor macan sakti. Nama ini sebagai simbol keberuntungan.

    Pasukan Macan Putih beranggotakan 40 pejuang dan dibagi dalam empat grup. Pasukan ini dipimpin Kapten Kahartan. Pasukan elit ini dalam satu kesempatan sukses menghadang rombongan tentara Belanda yang melewati Desa Trowelo, Pati. Van der Deisyen, pemimpin pasukan, tewas dalam peristiwa ini.

    Pada akhirnya, Komando Daerah Muria berakhir setelah Konferensi Meja Bundar (KMB). Dan untuk mengenang peristiwa Pertempuran Muria itu, pada 1970 dibangunlah Monumen Markas Komando Daerah Muria di atas tanah bekas milik Mohdirono Sarbo di Desa Glagah Kulon, Kecamatan Dawe, Kudus.

    Monumen ini berada di area perkampungan warga dan tidak terlihat jelas dari jalan raya. Sayang, kondisi monumen kurang terawat. Akankah kisah kepahlawanan para pejuang di wilayah Muria ini akan terlupakan? Jangankan mengenang, monumen untuk menghormati pahlawan bangsa itu pun tak mendapatkan perhatian.

    Demikianlah artikel yang bisa saya sajikan mengenai Sejarah Pertempuran Muria, Kudus, Pati Jepara semoga bermanfaat dan berguna untuk anda semua.

    3 komentar:

    1. Izinkanlah saya menulis / menebar sejumlah doa, semoga Allaah SWT mengabulkan. Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘alamiin.

      Lebih dan kurang saya mohon maaf.

      Asyhaduu anlaa ilaaha illallaah wa asyhaduu anna muhammadarrasuulullaah

      A’uudzubillaahiminasysyaithaanirrajiim

      Bismillahirrahmaanirrahiim

      Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin,
      Arrahmaanirrahiim
      Maaliki yaumiddiin,
      Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin,
      Ihdinashirratal mustaqiim,
      Shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi ‘alaihim waladhaaliin

      Aamiin

      Bismillaahirrahmaanirrahiim

      Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, hamdan yuwaafi ni’amahu, wa yukafi mazidahu, ya rabbana lakal hamdu. Kama yanbaghi lii jalaali wajhika, wa ‘azhiimi sulthaanika.

      Allaahumma shalli wa sallim wa baarik, ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa wa Maulaanaa Muhammadin wa ikhwaanihii minal anbiyaa-i wal mursaliin, wa azwaajihim wa aalihim wa dzurriyyaatihim wa ash-haabihim wa ummatihim ajma’iin.

      ALLAAHUMMAFTAHLII HIKMATAKA WANSYUR ‘ALAYYA MIN KHAZAA INI RAHMATIKA YAA ARHAMAR-RAAHIMIIN.

      RABBI INNII LIMAA ANZALTA ILAYYA MIN KHAIRIN FAQIIR.

      RABBI LAA TADZARNI FARDAN WA ANTA KHAIRUL WAARITSIN.

      Rabbana hablana min azwaajina, wa dzurriyyatina qurrata a’yuniw, waj’alna lil muttaqiina imaamaa.

      اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا

      “Allaahummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa”.

      “Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil”.

      “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada keturunanku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Al-Ahqaaf: 15).

      Ya Allaah, terimalah amal saleh kami, ampunilah amal salah kami, mudahkanlah urusan kami, lindungilah kepentingan kami, ridhailah kegiatan kami, angkatlah derajat kami dan hilangkanlah masalah kami.

      Ya Allaah, percepatlah kebangkitan INDONESIA. Pulihkanlah kejayaan INDONESIA, Lindungilah INDONESIA dari bencana.

      Ya Allaah, jadikanlah INDONESIA baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur.

      Allaahumma innaa nas’aluka salaamatan fiddiini waddun-yaa wal akhirati wa ’aafiyatan fil jasadi wa ziyaadatan fil ‘ilmi wabarakatan firrizqi wa taubatan qablal mauti, wa rahmatan ‘indal mauti, wa maghfiratan ba’dal maut. Allahuma hawwin ‘alainaa fii sakaraatil mauti, wannajaata minannaari wal ‘afwa ‘indal hisaab.

      Allaahummadfa’ ‘annal balaa-a walwabaa-a walfahsyaa-a wasy-syadaa-ida walmihana maa zhahara minhaa wamaa bathana min baladinaa haadzaa khaash-shataw wamin buldaanil muslimuuna ‘aammah.

      Allaahumma ahlikil kafarata walmubtadi-‘ata walmusyrikuun, a’daa-aka a’daa-ad diin.

      Allaahumma syatttit syamlahum wa faariq jam-‘ahum, wazalzil aqdaamahum.

      Allaahumma adkhilnii mudkhala shidqiw wa-akhrijnii mukhraja shidqiw waj-‘al lii milladunka sulthaanan nashiiraa.

      ——(doa khusus untuk SELURUH RAKYAT INDONESIA YANG MENJADI KORBAN IMPERIALIS / KOLONIALIS 1511 – 1962 , semoga Allaah selalu mencurahkan kasih sayang kepada mereka).

      ALLAAHUMMAGHFIRLAHUM WARHAMHUM WA’AAFIHIM WA’FU ‘ANHUM
      ALLAAHUMMA LAA TAHRIMNAA AJRAHUM WA LAA TAFTINNAA BA’DAHUM WAGHFIRLANAA WALAHUM
      ———————

      Rabbanaa aatinaa fiddun-yaa hasanataw wa fil aakhirati hasanataw wa qinaa ‘adzaabannaar wa adkhilnal jannata ma’al abraar.

      Rabbanaa taqabbal minna innaka antassamii’ul aliimu wa tub’alainaa innaka antattawwaaburrahiim. Washshalallaahu ‘alaa sayyidinaa wa nabiyyinaa wa maulaanaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassallam.

      HASBUNALLAAH WANI’MAL WAKIIL NI’MAL MAULA WANI’MAN NASHIIR.

      Subhana rabbika rabbil ‘izzati, ‘amma yasifuuna wa salamun ‘alal anbiyaa-i wal
      mursaliin, walhamdulillahirabbil ‘aalamiin.

      Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.


      Indra Ganie – Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten

      BalasHapus
    2. Mas, informasi tulisan ini dari mana saja? mohon diberitahu ya, soalnya mau buat penelitian. terimakasih

      BalasHapus
    3. Saya tertarik dengan tulisan anda mengenai sejarah muria kudus indonesia.Benar benar sangat bermamfaat dalam menambah wawasan kita menjadi mengetaui lebih jauh mengenai tempat wisata di indonesia.Saya juga mempunyai artikel yang sejenis mengenai indonesia yang bisa anda kunjungi di sini

      BalasHapus

    Silahkan berkomentar dengan sopan,tidak mengandung sara atau pun menyinggung pihak tertentu.

    Fashion

    Beauty

    Travel