• Breaking News

    Blog Pendidikan, Contoh Makalah, Contoh Naskah Drama, English Text, Contoh Resensi, Contoh Surat

    Contoh Karya Tulis

    KARYA TULIS
    PENGARUH SENI KRIYA MODERN
    TERHADAP SENI KRIYA TRADISIONAL






    Di Dusun Oleh:
    Ø DONI SETIAWAN(11)
    Ø AJI PRASETYO
    Ø BARON HERMANTO
    Ø PENDI RIKY W
    ·    KELAS:XI IPS 2
    SMA NEGERI 1 JATISRONO
    TAHUN AJARAN 2O11/2012


    KATA PENGANTAR
    Puji dan Syukur  Saya Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun karya tulis ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas Pengaruh karya Seni  Modern Terhadap Karya Seni Tradisional
    Dalam penyusunan Karya tulis ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis  ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
    kami  menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.
    Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.








    PERSEMBAHAN


















    Karya Tulis ini saya persembahkan kepada:
    1.Ibu kepala sekolah beserta wakil sekolah
    2.Bpk/ibu guru SMA NEGERI 1 JATISRONO
    3,Staf-staf beerta karyawan SMA NEGERI 1 JARISRONO
    4.Para pembaca yang budiman



    Motto

    Ø  Seorang pria sudah setengah jatuh cinta kepada wanita yang mau mendengarkan omongannya dengan penuh perhatian.
    Ø  Marah itu gampang. Tapi marah kepada siapa, dengan kadar kemarahan yang pas, pada saat dan tujuan yang tepat, serta dengan cara yang benar itu yang sulit.


    Ø  Kesakitan membuat Anda berpikir. Pikiran membuat Anda bijaksana. Kebijaksanaan membuat kita bisa bertahan dalam hidup.
    Ø  Bakat terbentuk dalam gelombang kesunyian, watak terbentuk dalam riak besar kehidupan.

    Ø  Secara teoritis saya meyakini hidup harus dinikmati, tapi kenyataannya justru sebaliknya – Karena tak semuanya mudah dinikmati.

    Ø  Orang yang menginginkan impiannya menjadi kenyataan, harus menjaga diri agar tidak tertidur.

    Ø  Jangan pernah melupakan apa pun yang dikatakan seseorang ketika ia marah, karena akan seperti itu pulalah perlakuannya pada Anda.

    Ø  Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat.

    Ø  Bila Anda ingin bahagia, buatlah tujuan yang bisa mengendalikan pikiran, melepaskan tenaga, serta mengilhami harapan Anda.

    Ø  Kita hanya berfikir ketika kita terbentur pada suatu masalah.

    Ø  Kesalahan orang lain terletak pada mata kita, tetapi kesalahan kita sendiri terletak di punggung kita.


    Ø  Yang baik bagi orang lain adalah selalu yang betul-betul membahagiakannya. 
    Ø  Semua yang riil bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat riil.

    Ø  Sebelum menolong orang lain, saya harus dapat menolong diri sendiri.
    Ø  Sebelum menguatkan orang lain, saya harus bisa menguatkan diri sendiri dahulu.

    Ø  Lebih baik bertempur dan kalah daripada tidak pernah bertempur sama sekali.
    Hidup adalah lelucon yang baru saja dimulai. 
    Ø  Orang yang bisa menggunakan dan menyimpan uang adalah orang yang paling bahagia, karena ia memiliki kedua kesenangan. 


    1.      PENDAHULUAN
               
                Seni kriya adalah cabang seni yang menekankan pada ketrampilan tangan yang tinggi dalam proses pengerjaannya. Seni kriya berasal dari kata “Kr” (bhs Sanskerta) yang berarti ‘mengerjakan’, dari akar kata tersebut kemudian menjadi karya, kriya dan kerja. Dalam arti khusus adalah mengerjakan sesuatu untuk menghasilkan benda atau obyek yang bernilai seni” (Prof. Dr. Timbul Haryono: 2002).,dari kesimpulan tersebut kami akan mebahas mengenai prngaruh karya seni kriya modern terhadap karya seni  tradisional.















    2.      LATAR BELAKANG MASALAH
         Penelitian ini di lakukan untuk memenuhi tugas, selain itu untuk menambah pengetahuan bagi para siswa SMA N 1 JATISRONO khususnya kepada kelompok kami.
    agar dapat mengetahui dan menambah wawasan tentang sebuah karya seni kriya dan juga pengarh karya  seni kriya modern terhadap karya seni kriya tradisional

    3.      TUJUAN PENELITIAN
                PENELITIAN INI BERTUJUAN UNTUK:
    1.      Memberitahukan kepada pembaca apa yang terjadi setelah masuknya karya seni modern ke Indonesia
    2.      Pengaruh apa saja yang di timbulkan setelah Seni kriya modern masuk ke Indonesia
    3.      Menyadarkan para siswa agar melestarikan karya seni kriya Tradisional
    4.      Dengan penelitian ini di harapkan siswa mengerti tindakan/perilaku yang berhubungan denganpendidikan berkarakter di SMA N 1 JATISRO
    4.PERUMUSAN MASALAH
    1.      Apakah yang terjadi setelah karya seni kriya modern masuk ke Indonesia
    2.      Apa Pengaruhnya terhadap karya seni di Indonesia
    3.      Apa manfaat yang di peroleh setelah karya seni kriya modern masuk ke Indonesi

      













         5.TEORI KAJIAN
           Menyimak pendapat Prof. SP. Gustami yang menguraikan bahwa; seni kriya merupakan warisan seni budaya yang adi luhung, yang pada zaman kerajaan di Jawa mendapat tempat lebih tinggi dari kerajinan. Seni kriya dikonsumsi oleh kalangan bangsawan dan masyarakat elit sedangkan kerajinan didukung oleh masyarakat umum atau kawula alit, yakni masyarakat yang hidup di luar tembok keraton. Seni kriya dipandang sebagai seni yang unik dan berkualitas tinggi karena didukung oleh craftmanship yang tinggi, sedangkan kerajinan dipandang kasar dan terkesan tidak tuntas. Bedakan pembuatan keris dengan pisau baik proses, bahan, atau kemampuan pembuatnya.

           Lebih lanjut Prof. SP. Gustami menjelaskan perbedaan antara kriya dan kerajinan dapat disimak pada keprofesiannya, kriya dimasa lalu yang berada dalam lingkungan istana untuk pembuatnya diberikan gelar Empu. Dalam perwujudannya sangat mementingkan nilai estetika dan kualitas skill. Sementara kerajinan yang tumbuh di luar lingkungan istana, si-pembuatnya disebut dengan Pandhe. Perwujudan benda-benda kerajinan hanya mengutamakan fungsi dan kegunaan yang diperuntukkan untuk mendukung kebutuhan praktis bagi masyarakat (rakyat). (Prof. SP. Gustami, 2002) Pengulangan dan minimnya pemikiran seni ataupun estetika adalah satu ciri penanda benda kerajinan.

           Pemisahan yang berdasarkan strata atau kedudukan tersebut mencerminkan posisi dan eksistensi seni kriya di masa lalu. Seni kriya bukanlah karya yang dibuat dengan  intensitas rajin semata, di dalamnya terkandung nilai keindahan (estetika) dan juga kualitas skill yang tinggi. Sedangkan kerajinan tumbuh atas desakan kebutuhan praktis dengan mempergunakan bahan yang tersedia dan berdasarkan pengalaman kerja yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari.

           Kembali  ditegaskan oleh Prof. SP. Gustami: seni kriya adalah karya seni yang unik dan punya karakteristik di dalamnya terkandung muatan-muatan nilai estetik, simbolik, filosofis dan sekaligus fungsional oleh karena itu dalam perwujudannya didukung  craftmenship yang tinggi, akibatnya kehadiran seni kriya termasuk dalam kelompok seni-seni adiluhung (Prof. SP.Gustami, 1992:71).
           Uraian tadi menyiratkan bahwa kriya merupakan cabang seni yang memiliki muatan estetik, simbolik dan filosofis sehingga menghadirkan karya-karya yang adiluhung dan munomental sepanjang jaman. Praktek kriya pada masa lalu dibedakan dari kerajinan, kriya berada dalam lingkup istana (kerajaan) pembuatnya diberi gelar Empu. Sedangkan kerajinan yang berakar dari kata “rajin” berada di luar lingkungan istana, dilakoni oleh rakyat jelata dan pembuatnya disebut pengerajin atau pandhe.

           Dari beberapa pendapat yang telah dibahas sebelumnya menjelaskan bahwa wujud awal seni kriya lebih ditujukan sebagai seni pakai (terapan). Praktek seni kriya pada awalnya bertujuan untuk membuat barang-barang fungsional, baik ditujukan untuk kepentingan keagamaan (religius) atau kebutuhan praktis dalam kehidupan manusia seperti; perkakas rumah tangga. Contohnya dapat kita saksikan pada dari artefak-artefak berupa kapak dan perkakas pada jaman batu serta peninggalan-peninggalan dari bahan perunggu pada jaman logam berupa; nekara, moko, candrasa, kapak, bejana, hingga perhiasan seperti; gelang, kalung, cincin. Benda-benda tersebut dipakai sebagai perhiasan, prosesi upacara ritual adat (suku) serta kegiatan ritual yang bersifat kepercayaan seperti; penghormatan terhadap arwah nenek moyang.

           Masuknya agama Hindu dan Budha memberikan perubahan tidak saja dalam hal kepercayaan, tetapi juga pada sistem sosial dalam masyarakat. Struktur pemerintahan kerajaan dan sistem kasta menimbulkan tingkatan status sosial dalam masyarakat. Masuknya pengaruh Hindu–Budha di Indonesia terjadi akibat asimilasi serta adaptasi kebudayaan Hindu-Budha India yang dibawa oleh para pedagang dan pendeta Hindu-Budha dari India dengan kebudayaan prasejarah di Indonesia. Kedua sistem keagamaan ini mengalami akulturasi dengan kepercayaan yang sudah ada sebelumnya di Indonesia yaitu pengkultusan terhadap arwah nenek moyang, dan kepercayaan terhadap spirit yang ada di alam sekitar. Kemudian kerap tumpang tindih dan bahkan terpadu ke dalam pemujaan-pemujaan sinkretisme Hindu-Budha Indonesia. (Claire Holt diterjemahkan oleh RM. Soedarsono, 2000)

           Tumbuh dan berkembangnya kebudayan Hindu-Budha di Indonesia kemudian melahirkan kesenian berupa  seni ukir dengan beraneka ragam hias, dan patung perwujudan dewa-dewa. Dalam sistem sosial kemudian lahir sistem pemerintahan kerajaan yang berdasarkan kepada kepercayaan Hindu seperti kerajaan Sriwijaya di Sumatra, kerajaan Kutai di Kalimantan, kerajaan Tarumanagara di Jawa Barat, Mataram Kuno Jawa Tengah. Hingga kerajaan Majapahit di Jawa Timur dengan maha patih Gajah Mada yang tersohor, yang kemudian membawa pengaruh Hindu ke Bali. Seni ukir tradisional masih diwarisi hingga saat ini.
           Peran seni kriyapun menjadi semakin berkembang tidak saja sebagai komponen dalam hal kepercayaan/agama, namun juga menjadi konsumsi golongan elit bangsawan yaitu sebagai penanda status kebangsawanan. Kondisi tersebut menjadikan kriya sebagai seni yang bersifat elitis karena menduduki posisi terhormat pada masanya, berbeda dengan kerajinan yang cenderung tumbuh pada kalangan masyarakat biasa atau golongan rendah.
          
           Akan tetapi keadaannya berbeda pada masa modern, dimana tingkatan sosial seperti pada masa kerajaan yang disebut “kasta” sudah tidak lagi eksis. Kalaupun ada tingkatan sosial kini tidak lagi berdasarkan “kasta” atau kebangsawanan yang dimiliki oleh seseorang, akan tetapi kemapanan ekonomi kini menjadi penanda bagi status seseorang. Artinya tarap ekonomi yang dimiliki seseorang dapat membedakan posisi mereka dari orang lain, secara sederhana kekuasan sekarang ditentukan oleh kemampuan ekonomi yang dimiliki seseorang. Dalam sistem masyarakat modern kondisinya telah berubah kaum elit yang dulunya ditempati oleh kaum bangsawan (ningrat), sekarang digantikan kalangan konglomerat (pemilik modal). Kondisi ini membawa dampak bagi pada posisi kriya, karena kini kriya mulai kehilangan struktur sosial yang menopang eksistensinya seperti pada masa lalu.
           Situasi ini menjadikan kriya tidak lagi menjadi seni yang spesial karena posisi terhormatnya di masa lalu kini sudah terancam tidak eksis lagi, kriya kini menjadi sebuah artefak warisan masa lalu. Terlebih lagi dalam industri budaya seperti sekarang kedudukan kriya kini tidak lebih sebagai obyek pasar, yang diproduksi secara masal dan diperjualbelikan demi kepentingan ekonomi. Kriya kini mengalami desakralisasi dari posisi yang terhormat di masa lalu, yang adiluhung merupakan artefak yang tetap dihormati namun sekaligus juga direduksi dan diproduksi secara terus-menerus.
           Kehadiran kriya pada jenjang pendidikan adalah sebuah upaya mengangkat kriya dari hanya sebagai artefak, untuk menjadikannya sebagai seni yang masih bisa eksis dan terhormat sekaligus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman. Inilah tugas berat insan kriya kini. Dalam perkembangan selanjutnya sejalan dengan perkembangan jaman, konsep kriyapun terus berkembang. Perubahan senantiasa menyertai setiap gerak laju perkembangan zaman, praktek seni kriya yang pada awalnya sarat dengan nilai fungsional, kini dalam prakteknya khususnya di akademis seni kriya mengalami pergeseran orientasi penciptaan. Kriya kini menjelma menjadi hanya pajangan semata dengan kata lain semata-mata seni untuk seni. Pergerakan ini kemudian melahirkan kategori-kategori dalam tubuh kriya, kategori tersebut antara lain kriya seni, dan desain kriya.








    6.PEMBAHASAN MASLAH
    1.Setelah karya seni kriya modern masuk ke Indonesai , Indonesia mendapatkan beberapa pengaruh dalam seni kriya beberapa pengaruh dan beberapa seni kriya beralih fungsinya
    contohnya: genthong yang dulunya sebagai tempat menampung air kini banyak beralih fungsi sebagai tempat hiasan,dll
    2.Pengaruh yang di timbulkan setelelah karya seni kriya modern masuk ke Indonesia, antara lain:
    ·         Banyak barang-barang yang beralih fungsi
    ·         Muncul beberapa karya seni baru
    ·         Banyak karya seni luar yang masuk ke Indonesia 
    ·         Seni kriya tidak lagi di segani masyarakat
    ·         Banyak seni kriya yang di Tinggalkan oleh penggunanya

    3.Manfaat yang ada setelah karya seni modern masuk ke Indonesia
    bangsa indonesia tidak hanya mengenal 1(satu) cabang karya seni rupa,dan juga masyarakat indonesia tidak hanya membuat karya seni kriya semata-mata hanya untuk kebutuhan Fungsional,melainkan juga untuk keindahan.

          


     6.GAMBAR PENDUKUNG 
    silahkan cari sendiri



    7.KESIMPULAN
           Dari hal tersebut dapat di simpulkan bahwa pengaruh masuknya seni kriya modern terhadap seni kriya tradisional di Indonesia ,di pengaruhi oleh agama-agama yang masuk di Indonesia dan beberapa pedagang yang berasal dari hindia-cina ,dan setelah mendapat pengaruh tersebut seni kriya tidak hanya di gunakan sebagai benda fungsional namun juga sebagai hiasan ,dll






















    8.DAFTAR PUSTAKA

    kata kunci: contoh karya tulis, contoh laporan seni rupa, contoh makalah, contoh karya tulis, contoh makalah kesenian sma, contoh karya ilmiah, contoh karya tulis,contoh laporan karya seni kriya, contoh makalah seni rupa, contoh laporan budaya tradisional, contoh makalah seni, contoh kesenian bali, makalah kriya tradisional, contoh makalah seni, kliping seni, kliping kesenian



    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Silahkan berkomentar dengan sopan,tidak mengandung sara atau pun menyinggung pihak tertentu.

    Fashion

    Beauty

    Travel