Krumpuls - Contoh Proposal Karya Tulis Ilmiah Kebidanan - Contoh makalah kedokteran, makalah kebidanan, contoh proposal kedokteran, cara menulis makalah skripsi.
HUBUNGAN PENGETAHUAN KADER TENTANG POSYANDU
TERHADAP KUNJUNGAN IBU BALITA KE POSYANDU
DI KELURAHAN SIRNAGALIH
KECAMATAN INDIHIANG
KOTA TASIKMALAYA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menyelesaikan
Program Pendidikan Program Studi Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh:
NURUL DINI
MA 0409040
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA KENCANA
TASIKMALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya percepatan penurunan angka kematian
bayi dan angka kematian ibu, tentunya akan berhasil apabila melibatkan
seluruh pemangku kepentingan baik unsur pemerintahan maupun unsur
masyarakat dan dunia usaha. Kemudian untuk mengintegrasikan kegiatan
seluruh kepentingan dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian
bayi dan angka kematian ibu, maka Posyandu menjadi salah satu lembaga
yang paling tepat, karena keberadaannya sudah cukup lama
dan terbukti berhasil mengatasi berbagai permasalahan yang berhubungan
dengan kesehatan ibu dan anak, gizi, imunisasi, pemberantasan penyakit
menular dan lain-lain, yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap
rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian bayi (Depkes RI, 2006).
Dalam rangka menyukseskan pembangunan
nasional, khusus di bidang kesehatan, bentuk pelayanan kesehatan
diarahkan pada prinsip bahwa masyarakat bukanlah sebagai objek akan
tetapi merupakan subjek dari pembangunan itu sendiri. Pada hakekatnya
kesehatan dipolakan mengikut sertakan masyarakat secara aktif dan
bertanggung jawab. Keikut sertaan masyarakat dalam meningkatkan
efisiensi pelayanan adalah atas
dasar terbatasnya daya dan adaya dalam operasional pelayanan kesehatan
masyarakat akan memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat
seoptimal mungkin. Pola pikir yang semacam ini merupakan penjabaran dari
karsa pertama yang berbunyi, meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
menolong dirinya dalam bidang kesehatan. Kader kesehatan mempunyai peran
yang besar dalam upaya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong
dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Puryaning, 2010).
Program posyandu dan peran serta kader dapat berjalan secara optimal
dengan upaya-upaya diantaranya pemahaman yang berasal dari pengetahuan
yang baik, pelatihan/bimbingan dari puskesmas setempat dan pemberian
penghargaan untuk meningkatkan motivasi. Seorang kader yang memiliki
motivasi yang tinggi dan kemampuan yang bagus dalam menjalankan tugasnya
akan menghasilkan kinerja yang baik. Menurut Widiastuti (2007),
motivasi kader dalam pelaksanaan posyandu merupakan suatu faktor dominan
yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pemanfaatan penimbangan
balita.
Tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya kader bukanlah tenaga profesional
melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perlu
adanya pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah maupun
jenis pelayanan (Puryaning, 2010).
Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003),
mengklasifikasikan menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan,
yaitu: faktor predisposing merupakan faktor internal yang ada
pada diri individu, kelompok, dan masyarakat, yang mempermudah individu
berperilaku seperti pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai dan
budaya. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku salah satunya
adalah pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang atau over behavior (Notoatmodjo, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ibu balita dalam kegiatan posyandu, diantaranya:
1. Faktor-faktor Presdisposisi (Presdisposing Factors) : umur ibu, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan ibu, jumlah anak dalam keluarga, pendapatan dan sikap.
2. Faktor-faktor Penguat (Reinforcing Factors)
Posyandu yang dilakukan oleh kader posyandu
yang terampil akan mendapat respon positif dari ibu-ibu balita sehingga
kader tersebut ramah dan baik. Kader Posyandu yang ramah, terampil dalam
memberikan pelayanan kesehatan dapat menyebabkan ibu-ibu balita rajin
datang dan memanfaatkan pelayanan kesehatan di Posyandu (Yon Ferizal dan
Mubasysyir Hasanbasri, 2007).
Menurut Apriliyanto (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kader posyandu memanfaatkan meja penyuluhan yaitu :
- Umur
Semakin tua umur seorang kader posyandu maka kesiapan kader posyandu dalam memanfaatkan posyandu (Notoatmodjo, 2003).
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Pendapatan
- Pengetahuan
Semakin tinggi pengetahuan dalam penyuluhan maka akan semakin baik pemanfaatan meja penyuluhan. Orang dengan pengetahuan penyuluhan yang rendah akan berperilaku tidak ada rasa percaya diri yang berdampak menjadi tidak aktif dalam memanfaatkan meja penyuluhan (Sediaoetama, 2009).
- f. Sikap (Attitude)
Pendapat dari bidan tentang posyandu di Kelurahan Sirnagalih yaitu kader posyandu yang berpendidikan SD sebanyak 80% dari jumlah keseluruhan kader, 60% kader berusia 40 tahun ke atas, 80% kader bekerja sebagai IRT, dan pengetahuan tentang posyandu belum merata di semua kader (Bidan Desa Sirnagalih, 2012).
Salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang dibentuk oleh dan untuk masyarakat itu sendiri. Posyandu merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan yang dikelola oleh masyarakat dengan dukungan teknis petugas puskesmas. Kegiatan posyandu meliputi 5 program pelayanan kesehatan dasar, yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Imunisasi, Keluarga Berencana (KB), perbaikan gizi dan penanggulangan diare (Depkes RI, 2006).
Pelaksanaan penimbangan di posyandu berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, dilaporkan dari 15 juta balita yang berusia 0 -59 bulan di Indonesia, cakupan penimbangan balita 4 – 6 kali dalam 6 bulan hanya 46%. Sementara masih terdapat 25,5% balita tidak pernah ditimbang.
Dalam Riskesdas juga dilaporkan posyandu masih merupakan sarana paling tinggi sebagai sarana kegiatan penimbangan balita (Litbangkes, 2008). Cakupan pelaksanaan penimbangan balita yang dilihat dari pelaksanaan penimbangan di posyandu pada tahun 2011, dimana hasil penimbangan balita masih rendah dari 23.009.874 balita hanya sebesar 67.87% balita yaitu 15.616.801 yang ditimbang di posyandu (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Pusdatin, data & informasi, Jakarta, 2011). Menurut tingkat perkembangannya di Indonesia pada tahun 2003 tercatat 245.154 unit posyandu dengan total lapor 242.221 unit posyandu.
Menurut data dari Survei GAVI-HSS Ditjen Bina Gizi KIA, seluruh desa di Provinsi Jawa Barat telah memiliki Posyandu, bahkan ada desa/kelurahan yang memiliki 84 posyandu. Rata-rata jumlah kader per posyandu adalah 5 orang, dengan persentase rata-rata kader aktif per Posyandu adalah 89%. Sementara rata-rata jumlah kader per posyandu yang sudah dilatih program KIA adalah sebanyak 2 orang. Namun demikian berdasarkan data dalam Sistem Informasi Posyandu, bahwa ternyata dari seluruh Posyandu di Provinsi Jawa Barat yang mencapai 47.265 Posyandu, 26,22 % Posyandu masih tergolong Posyandu Pratama dan 46,77 % Posyandu Madya sehingga tingkat cakupan programnya rata-rata kurang dari 50 %. Kemudian terdapat 22,6 % Posyandu Purnama yang dapat didorong menjadi Posyandu Mandiri dan baru 4,35 % Posyandu Mandiri (Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2010).
Di Kota Tasikmalaya terdapat 729 buah posyandu dengan total yang lapor ada 729 posyandu. Target jumlah kader yang ada 3.467 sedangkan yang aktif ada 3.035 orang. Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya mencatat jumlah balita gizi buruk pada 2011 sebanyak 4.261 jiwa. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya tercatat saat ini tercatat ada 84.378 balita. Dari jumlah tersebut, sebanyak 49.057 balita yang rutin dilakukan penimbangan dan dikontrol di posyandu setempat. Sementara sisanya sebanyak 35.321 balita kondisi kesehatannya tidak terkontrol karena tidak melakukan penimbangan. Jumlah balita di Indihiang 2.619 jiwa. Jumlah balita yang memiliki KMS yaitu 2.512 jiwa. Jumlah bayi yang ditimbang di posyandu sebanyak 2.196 jiwa.
Di Puskesmas Indihiang terdapat 47 Posyandu dengan total lapor ada 47 Posyandu. Target jumlah kader yang ada 231 sedangkan yang aktif 215 orang. Jumlah kader di Kelurahan Sirnagalih sebanyak 39 orang (Dinas Kesehatan kota Tasikmalaya, 2011). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Wilayah Kerja UPTD (Unit Pelaksana Tingkat Daerah) Puskesmas Indihiang Januari-Mei tahun 2012 yang dilakukan dengan pendataan pada pelaksanaan kegiatan posyandu Kelurahan Sirnagalih didapatkan cakupan kunjungan balita yang sesuai dengan standar sebesar 60% dari 584 balita hanya 350 balita yang datang ke posyandu. Data ini menunjukkan penimbangan balita dan pemantauan tumbuh kembang balita di Kelurahan Sirnagalih Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya belum maksimal.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara pengetahuan kader tentang posyandu terhadap kunjungan ibu balita ke posyandu di Kelurahan Sirnagalih Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya Tahun 2012.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :”Adakah hubungan antara pengetahuan kader tentang posyandu terhadap kunjungan ibu balita ke posyandu di Kelurahan Sirnagalih Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya Tahun 2012?”
C. Tujuan Masalah
- Tujuan Umum
- Tujuan Khusus
- Mendapatkan gambaran pengetahuan kader tentang posyandu di Kelurahan Sirnagalih Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya Tahun 2012.
- Mendapatkan gambaran tentang kunjungan ibu balita ke posyandu di Kelurahan Sirnagalih Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya Tahun 2012.
- Menganalisa hubungan antara pengetahuan kader tentang posyandu terhadap kunjungan ibu balita ke posyandu di Kelurahan Sirnagalih Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya Tahun 2012.
- D. Manfaat Penelitian
- Manfaat Teoritis
- Manfaat Praktis
- Bagi Peneliti
- Bagi Kader Posyandu
- Bagi Instansi Kesehatan
- Bagi Institusi Pendidikan
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran pustaka, penulis menemukan penelitian dengan judul “Gambaran pendidikan dan pengetahuan kader tentang deteksi ibu hamil berisiko di wilayah kerja Puskesmas Berangas tahun 2011” oleh Asheni Fahriyah Tahun 2011. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan mengambil sampel secara cluster sampling dan variabelnya pendidikan kader dan pengetahuan kader tentang deteksi ibu hamil berisiko .
Sedangkan penelitian ini mengambil judul, yaitu :” Hubungan antara pengetahuan kader tentang posyandu terhadap kunjungan balita ke posyandu di Kelurahan Sirnagalih Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya Tahun 2012”. Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah jenis penelitiannya yaitu korelatif dengan menggunakan total sampling dan variabel penelitiannya yaitu pengetahuan kader tentang posyandu dan kunjungan ibu balita ke posyandu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
- A. Pengetahuan
- Pengertian
Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk menindaki; yang lantas melekat di benak seseorang. Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Manakala informasi dan data sekedar berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan. Ini lah yang disebut potensi untuk menindaki (http://id.wikipedia.org/ diakses tanggal 8 juni 2012).
- Kategori Pengetahuan
a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% – 100% dari seluruh petanyaan.
b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% – 75% dari seluruh pertanyaan.
c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40% – 55% dari seluruh pertanyaan.
- Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
- Tahu (know)
- Memahami (comprehension)
- Aplikasi (application)
- Analisis (analysis)
- Sintesis (syntesis)
- Evaluasi (evaluation)
- B. Kader
- Pengertian
- Syarat-syarat Kader Posyandu
- Dapat membaca dan menulis.
- Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan.
- Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat.
- Mempunyai waktu yang cukup.
- Bertempat di wilayah posyandu.
- Berpenampilan ramah dan simpatik.
- Mengikuti pelatihan-pelatihan sebelum menjadi kader posyandu.
- Tugas Kader Posyandu
- Melakukan kegiatan bulanan posyandu.
1) Menyiapkan alat dan bahan, yaitu alat penimbangan bayi, KMS, alat peraga, LILA, alat pengukur, obat-obatan yang dibutuhkan (pil besi, vitamin A, oralit), bahan/materi penyuluhan.
2) Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberitahu ibu-ibu untuk datang ke posyandu.
3) Menghubungi Pokja Posyandu, yaitu menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa dan meminta mereka untuk memastikan apakah petugas sektor bisa hadir pada hari buka posyandu.
4) Melaksanakan pembagian tugas, yaitu menentukan pembagian tugas di antara kader posyandu baik untuk persiapan maupun pelaksanaan kegiatan.
- Kegiatan setelah pelayanan bulanan posyandu
1) Memindahkan catatan-catatan dalam Kartu Menuju Sehat ke dalam buku register atau buku bantu kader.
2) Menilai hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari posyandu pada bulan berikutnya.
3) Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan) merupakan tindak lanjut dan mengajak ibu-ibu datang ke Posyandu pada kegiatan berikutnya.
- Pelatihan Kader Posyandu
- Konsep posyandu balita
- Gizi seimbang, penentuan status gizi balita, cara menentukan status gizi balita, serta penentuan Bawah Garis Merah (BGM), serta pengukuran status gizi dengan menggunakan KMS.
- Pemanfaatan dan pemberian ASI ekslusif.
- Makanan pendamping ASI yang sehat.
- Penyakit yang sering di derita oleh balita, pertolongan pertama pada kecelakaan dan pengobatan balita di rumah.
- Stimulasi tumbuh kembang anak.
- Pengukuran antropometri (Ismawati, 2010).
- C. Posyandu
- Pengertian
- Kegiatan Pelayanan Posyandu
- Kegiatan utama, sekurang-kurangnya mencakup 5 kegiatan, yaitu:
2) Keluarga berencana
3) Imunisasi
4) Gizi
5) Pencegahan dan penanggulangan diare.
- Kegiatan pengembangan atau pilihan, dapat menambah kegiatan baru disamping 5 kegiatan utama yang telah ditetapkan dan dilaksanakan dengan baik. Kegiatan baru tersebut misalnya :
2) Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial kejadian luar biasa (KLB). Misalnya infeksi saluran nafas akut, demam berdarah, gizi buruk, polio, campak dan tetanus neonatorum.
3) Program diservikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan melalui tanaman obat keluarga.
4) Berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya.
- Sasaran Posyandu
- Bayi dan anak balita
- Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui
- Pasangan usia subur
- Pengasuh anak
- Strata Posyandu
- Posyandu Pratama (merah)
1) Keadaan : posyandu belum mantap
2) Penimbangan <8 data-blogger-escaped-kali="" data-blogger-escaped-p=""> 3) Rata-rata jumlah kadernya 5 orang
4) Cakupan kumulatif KIA <50 data-blogger-escaped-p=""> 5) Cakupan kumulatif KB <50 data-blogger-escaped-p=""> 6) Cakupan kumulatif Imunisasi <50 data-blogger-escaped-p="">
- Posyandu Madya (kuning)
2) Penimbangan >8 kali
3) Rata-rata jumlah kadernya >5 orang
4) Cakupan kumulatif KIA <50 data-blogger-escaped-p=""> 5) Cakupan kumulatif KB <50 data-blogger-escaped-p=""> 6) Cakupan kumulatif Imunisasi <50 data-blogger-escaped-p="">
- Posyandu Purnama (hijau)
2) Penimbangan >8 kali
3) Rata-rata jumlah kadernya >5 orang
4) Cakupan kumulatif KIA >50%
5) Cakupan kumulatif KB >50%
6) Cakupan kumulatif Imunisasi >50%
7) Cakupan dana sehat <50 data-blogger-escaped-p=""> 8) Program pengembangan posyandu sudah ada.
- Posyandu Mandiri (biru)
2) Penimbangan >8 kali
3) Rata-rata jumlah kadernya >5 orang
4) Cakupan kumulatif KIA >50%
5) Cakupan kumulatif KB >50%
6) Cakupan kumulatif Imunisasi >50%
7) Cakupan dana sehat >50%
8) Program pengembangan posyandu sudah aktif (Ismawati, 2010).
- Manfaat Posyandu
- Bagi masyarakat
2) Pertumbuhan balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang atau gizi buruk.
3) Bayi dan balita mendapatkan kapsul vitamin A.
4) Ibu hamit terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah darah serta imunisasi tetanus toksoid.
5) Ibu nifas memperoleh kapsul vitamin A dan tablet tambah darah.
6) Memperoleh penyuluhan kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak.
7) Apabila terdapat kelainan pada balita, ibu hamil, ibu nifas menyusui dapat segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas.
8) Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang ibu dan balita.
- Bagi kader
2) Ikut berperan serta nyata dalam perkembangan tumbuh kembang balita dan kesehatan ibu.
3) Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya dalam bidang kesehatan.
4) Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan balita dan kesehatan ibu (Karwati, dkk, 2011).
- Pelaksanaan Posyandu
- Meja 1
2) Kader melakukan pendaftaran pada ibu dan balita yang datang pada buku register.
- Meja 2
2) Melaksanakan pengukuran dengan pita Lila (bagi WUS).
3) Hasil penimbangan/pengukuran dituliskan pada secarik kertas tadi
- Meja 3
2) Ajari ibu balita untuk mengetahui cara membaca KMS.
3) Menilai berat badan (naik/tetap/turun).
4) Memasukkan data ke SIP (register bayi/balita/bumil).
- Meja 4
- Meja 5
2) Pemberian Makanan Tambahan Penyuluhan (PMT Penyuluhan), Oralit, Vitamin A, Tablet Fe, Rujukan, dan lain-lain (Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2011).
- D. Balita
- Pengertian
Masa bayi berlangsung dua tahun pertama setelah periode bayi lahir dua minggu. Meskipun masa bayi sering dianggap sebagai masa bayi baru lahir, tetapi label masa bayi akan digunakan untuk membedakannya dengan periode pasca natal yang ditandai dengan keadaan sangat tidak berdaya (Hurlock, 2008).
- Karakteristik Balita
- Tumbuh Kembang Balita
- Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian bawah (sefalokaudal). Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ke ujung kaki, anak akan berusaha menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar menggunakan kakinya.
- Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar. Contohnya adalah anak akan lebih dulu menguasai penggunaan telapak tangan untuk menggenggam, sebelum ia mampu meraih benda dengan jemarinya.
- Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar mengeksplorasi keterampilan-keterampilan lain. Seperti melempar, menendang, berlari dan lain-lain. Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala kuantitatif. Pada konteks ini, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta jaringan intraseluler pada tubuh anak. Dengan kata lain, berlangsung proses multiplikasi organ tubuh anak, disertai penambahan ukuran-ukuran tubuhnya. Hal ini ditandai oleh:
2) Bertambahnya ukuran lingkar kepala.
3) Muncul dan bertambahnya gigi dan geraham.
4) Menguatnya tulang dan membesarnya otot-otot. Bertambahnya organ-organ tubuh lainnya, seperti rambut, kuku, dan sebagainya (http://balita-sehat.com// diakses tanggal 12 Juni 2012).
- Kunjungan Ibu balita ke posyandu
Kunjungan balita ke Posyandu adalah datangnya balita ke posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan misalnya penimbangan, imunisasi, penyuluhan gizi, dan sebagainya. Kunjungan balita ke posyandu yang paling baik adalah teratur setiap bulan atau 12 kali per tahun. Untuk itu kunjungan balita diberi batasan 8 kali pertahun. Posyandu yang frekuensi penimbangan atau kunjungan balitanya kurang dari 8 kali pertahun dianggap masih rawan. Sedangkan bila frekuensi penimbangan sudah 8 kali atau lebih dalam kurun waktu satu tahun dianggap sudah cukup baik, tetapi frekuensi penimbangan tergantung dari jenis posyandunya (Dinkes Prov. Jabar, 2007).
Sehingga dapat disimpulakan bahwa ibu balita dapat dikatakan berperan serta baik dalam kegiatan posyandu yaitu jika dalam frekuensi minimal 8 kali pertahun atau lebih, dan sebaliknya ibu balita dikatakan berperan serta buruk atau kurang baik yaitu jikan kunjunngannya ke posyandu kurang dari 8 kali pertahun.
Faktor – faktor yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu (Sri poedji, 2002).
- Umur balita
- Jumlah anak
Dalam kaitanya dengan kehadirannya di posyandu seorang ibu akan sulit mengatur waktu untuk hadir di posyandu karena waktunya akan habis umtuk memberi perhatian dan kasih sayang dalam mengurus anaknya di rumah.
- Status pekerjaan ibu
Sedangkan pada ibu rumah tangga memungkinkan mempunyai waktu lebih banyak untuk beristirahat dan meluangkan waktu untuk membawa anaknya ke posyandu.
Peran ibu yang bekerja dan yang tidak bekerja sangat berpengaruh terhadap perawatan keluarga. Hal ini dapat dilihat dari waktu yang diberikan ibu untuk mengasuh dan membawa anaknya berkunjung ke posyandu masih kurang karena waktunya akan habis untuk menyelesaikan semua pekerjaan.
Aspek lain yang berhubungan dengan alokasi waktu adalah jenis pekerjaan, tempat ibu bekerja serta jumlah waktu yang dipergunakan untuk keluarga di rumah ( Husnaini, 1989).
- Jarak tempat tinggal
Demikian juga yang dikemukakan oleh WHO dalam Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa sikap akan terwujud didalam satu tindakan tergantung dari situasi pada saat itu. Ibu balita mau datang ke posyandu tetapi karena jaraknya jauh/situasi kurang mendukung maka balita tidak berkunjung ke posyandu.
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Menurut teori Green dalam Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang
mempengaruhi kunjungan ibu balita dalam kegiatan posyandu, diantaranya:- Faktor-faktor Penguat (Reinforcing factors)
|
|
b. Umur kader
c. Pendidikan kader
d. Pekerjaan kader
e. Pendapatan kader
f. Sikap kader
- Faktor-Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
Pendidikan
Pekerjaan
Paritas
Pendapatan
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
= variabel yang diteliti = variabel yang tidak diteliti
= hubungan variabel yang diteliti = hubungan variabel yang tidak diteliti
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No | Variabel | Definisi Operasional | Alat Ukur | Kategori | Skala |
1 | Pengetahuan kader | Pemahaman kader tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan posyandu yang dapat dinilai dari hasil jawaban yang didapat pada saat penelitian. | Kuesioner | 1. Baik 76% – 100%
2. Cukup 56% – 75% 3. Kurang 40% – 55% (Arikunto,2006) |
Ordinal |
2 | Kunjungan ibu balita ke posyandu | Ibu balita yang membawa anak balita (12 – 59 bulan) yang memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan ke posyandu pada saat dilakukan penelitian (Juknis SPM, 2008). | Lembar cecklist |
3. Kurang <60 data-blogger-escaped-p="" data-blogger-escaped-rikunto=""> |
Ordinal |
C. Hipotesis
Ha : Ada hubungan pengetahuan kader tentang posyandu terhadap kunjungan ibu balita ke posyandu di Kelurahan Sirnagalih Kecamatan Indihiang Tahun 2012.
Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan kader tentang posyandu terhadap kunjungan ibu balita ke posyandu di Kelurahan Sirnagalih Kecamatan Indihiang Tahun 2012.
Ha : Ada hubungan pengetahuan kader tentang posyandu terhadap kunjungan ibu balita ke posyandu di Kelurahan Sirnagalih Kecamatan Indihiang Tahun 2012.
Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan kader tentang posyandu terhadap kunjungan ibu balita ke posyandu di Kelurahan Sirnagalih Kecamatan Indihiang Tahun 2012.
Demikianlah artikel yang bisa saya share mengenai Contoh Proposal Karya Tulis Ilmiah Kebidanan semoga bermanfaat dan berguna untuk anda semua - Contoh Proposal Karya Tulis Ilmiah Kebidanan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan sopan,tidak mengandung sara atau pun menyinggung pihak tertentu.