Hubungan antar kelompok bukanlah hubungan yang tiba-tiba terbentuk. Hubungan ini merupakan akumulasi dari serangkaian hubungan-hubungan sosial yang ada. Hubungan ini mengandung sejumlah dimensi, antara lain dimensi sejarah, sikap, perilaku, gerakan sosial, dan institusi. Di samping itu terdapat pula sejumlah faktor yang mempengaruhi terbentuknya hubungan antar kelompok ini, yaitu rasialis, etnisitas, seksisme, dan ageisme.
Jenis-jenis Kelompok
Secara umum kelompok diartikan sebagai kumpulan orang-orang, sementara sosiolog melihat kelompok sebagai dua atau lebih orang yang mengembangkan perasaan kebersatuan dan yang terikat bersama-sama oleh pola interaksi sosial yang relatif stabil. Terdapat sejumlah kriteria yang mencirikan apakah sekumpulan orang bisa disebut sebagai kelompok atau tidak, tetapi pada dasarnya terdapat dua karakteristik pokok dari kelompok, yaitu 1) adanya interaksi yang terpola dan 2) adanya kesadaran akan identitas bersama.Terdapat berbagai macam jenis kelompok. Bierstedt mengklasifikasikan kelompok ke dalam kelompok statistik, kelompok kemasyarakatan, kelompok sosial, dan kelompok asosiasi. Sedangkan Emille Durkheim membaginya dalam kelompok yang didasarkan pada solidaritas mekanik dan kelompok yang didasarkan pada solidaritas organik. Ferdinand Tonnies mengklasifikasikannya menjadi gemeinschaft dan gesselschaft. C.H. Cooley membagi kelompok ke dalam kelompok primer dan kelompok sekunder. Sementara W.G. Sumner mengklasifikannya ke dalam in-group dan out-group. K. Merton menguraikan tentang kelompok acuan. Sementara itu jenis kelompok lainnya adalah kelompok sukarela-nonsukarela, kelompok vertikal-horisontal, kelompok terbuka-tertutup, serta kelompok mayoritas-minoritas
Mayoritas dan Minoritas
Kinloch berpendapat bahwa kelompok orang yang disebut sebagai mayoritas adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan, menganggap dirinya normal dan memilik derajat lebih tinggi. Sedangkan kelmpok lain yang dianggap sebagai kelompok minoritas adalah mereka yang tidak memiliki kekuasaan, dianggap lebih rendah karena memiliki ciri tertentu: cacad secara fisik ataupun mental sehingga mereka mengalami eksploitasi dan diskriminasi. (Kinloch, 1979: 38)
Konsep mayoritas disini didasarkan oleh dominasi kekuasaan, bukan dominasi oleh jumlah anggota. Kelompok mayoritas bisa saja berjumlah lebih kecil daripada minoritas. Sebagai contoh adalah saat politik apartheid dicanangkan di Afrika Selatan, jumlah orang berkulit putih lebih sedikit daripada jumlah orang berkulit hitam. Akan tetapi kelompok kulit putih memiliki kuasa terhadap kelompok kulit hitam. Selain itu, hubungan antarkelompok yang didasarkan konsep mayoritas dan minoritas dipengaruhi juga oleh konsep kebudayaan mayoritas dominan (dominant majority culture) yang diangkat oleh Edward M. Bruner, Sebagai contoh adalah di kota Medan terdiri atas sejumlah kelompok minoritas tanpa adanya suatu kebudayaan yang dominan sehingga berkembang persaingan yang ketat antara setiap etnik, dan hubungan antar etnik terjadi ketegangan.
Beberapa Konsep Pembagian Kelompok
Setiap kelompok dapat dibagi-bagi berdasarkan perbedaan dan persamaan ciri. Dalam membagi kelompok-kelompok tersebut, terdapat beberapa konsep mengenai kelompok-kelompok yang mempunyai definisi berebeda.
Konsep yang pertama adalah konsep ras. Konsep ras diartikan sebagai suatu tanda peran (role sign) yang didasarkan pada ciri fisik. Sebagai contoh adalah di daerah Selatan Amerika, bangsa ras kulit hitam dianggap memiliki peran untuk menghormati ras kulit putih.
Konsep yang kedua adalah konsep yang didasari oleh persamaan kebudayaan, yaitu kelompok etnik. Dalam konsep ini, kelompok etnik merupakan suatu bentuk Gemeinschaft dengan persamaan warisan kebudayaan dan ikatan batin di antara anggotanya.
Konsep ketiga adalah rasisme, yaitu suatu ideologi yang didasarkan kepada keyakinan bahwa ciri tertentu yang dibawa sejak lahir menandakan bahwa pemilik ciri tersebut lebih rendah sehingga didiskriminasi.
Konsep keempat yang juga merupakan ideologi adalah seksisme. Dalam seksisme, hal yang menjadi dasar klasifikasi adalah kecerdasan dan kekuatan fisik. Contohnya laki-laki dianggap lebih tinggi daripada perempuan karena fisiknya kuat.
Konsep berikutnya adalah ageisme, yang menjadikan faktor usia sebagai dasar klasifikasi. Contohnya adalah terkadang orang yang telah lanjut usia atau anak-anak di bawah umur dianggap tidak mempunyai kuasa dalam pengambilan keputusan. Konsep yang terakhir adalah rasialisme. Rasialisme merupakan bentuk praktik disktriminasi terhadap kelompok lain, seperti tidak menjual atau menyewakan rumah kepada ras atau etnik tertentu.
Dimensi Hubungan Antarkelompok
1). Dimensi sejarah
Dimensi ini mengarahkan kajian kepada masalah tumbuh dan berkembangnya hubungan antarkelompok. Kapan dan bagaimana terjadinya kontak pertama antara kelompok satu dengan kelompok yang lain yang kemudian berkembang menjadi hubungan dominasi kelompok terseut terhadap kelompok lainnya. Menurut Noel (1968), stratifikasi etnik dapat terjadi dengan tiga prasyarat: etnosentrisme, persaingan, dan perbedaan kekuasaan. Tiga prasyarat ini tidak bisa dipisahkan karena apabila satu prasyarat saja tidak terpenuhi, stratifikasi tidak akan terjadi. Kemudian stratifikasi jenis kelamin juga memilik sejarahnya. Stratifikasi ini pada awalnya terjadi karena perbedaan kekuatan fisik yang akhirnya memunculkan dominasi dan eksploitasi kau laki-laki terhadap perempuan. (Kamanto Sunarto, 2004: 147-148)
2). Dimensi institusi
Institusi berfungsi sebagai pengendalian sosial, sikap dan hubungan antarkelompok. Namun begitu, institusi juga bisa menghilangkan pola hubungan tersebut. Contohnya adalah kebijakan apartheid yang dicanangkan di Afrika Selatan pada masa lampau, merupakan kebijakan yang ditegakkan oleh institusi politik dan ekonomi.
3). Dimensi gerakan sosial
Kajian dalam sudut pandang ini memperhatikan berbagai gerakan sosial yang sering terjadi karena dilakukan oleh suatu kelompok tertentu karena pengaruh dominasi dan kekuasaan. Kelompok-kelompok tertentu yang didominasi oleh kelompok lain akan berusaha melakukan gerakan pembebasan. Sebagai contoh adalah gerakan Black Panthers di Amerika Serikat dan gerakan pembebasan perempuan (Woman’s Liberation Movement).
4). Dimensi sikap
Hubungan antarkelompok akan menimbulkan perwujudan sikap berupa prasangka (prejudice). Sikap ini merupakan istilah yang mengacu kepada sikap bermusuhan karena kelompok lain memiliki suatu ciri yang tidak menyenangkan, namun dugaan ini tidak didasarkan pada pengetahuan, pengalaman, atau bukti yang cukup konkret.
Konsep yang erat kaitannya dengan konsep prejudice adalah stereotip. Stereotip merupakan citra yang kaku terhadap suatu kelompok ras atau budaya yang dianut tanpa memperhatikan kebenaran dari citra tersebut. Dengan kata lain, stereotip tidak mengindahkan fakta-fakta yang bersifat objektif. Sebagai contoh adalah stereotip orang Amerika terhadap orang Polandia, yang menganggap orang Polandia tersebut kotor, bodoh, tidak berpendidikan. Hal ini disebabkan orang Polandia yang bermigrasi pada abad ke-19 adalah petani yang tidak berpendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan sopan,tidak mengandung sara atau pun menyinggung pihak tertentu.